Sabtu, 22 Maret 2014

Sempurna Fase-II

Setiap jengkal rasa yang kau berikan
Semakin aku tau, seberapa murninya kau perah rasa itu
Bahkan saat saat terdiam pun, tak pernah benar benar untuk diam
Hati yang saling bertautan
Jiwa yang saling mengisi
Angin bahagia yang seakan menembus sukmanya cinta..

Aku punya segelintir kata untuk kamu tau
Tapi kamu punya sejuta rasa untuk cukup aku tau
Kamu dengan sebenar-benarnya kamu
Dan aku dengan apa apanya yang kamu tau..
Terimakasih..
Terimakasih untuk kehadiranmu yang tak mengenal waktu :)

-D-

Rabu, 19 Maret 2014

Sempurna



Tuhan..
Anugerahkanlah rasa ini mengalir seperti alurnya..
Biarkan cinta yang menuntunku untuk selalu bersama
Tak perlu dia yang sempurna, cukup sempurnanya untuk hidupku

Yang tahu bagaimana caranya memperlakukan hati
Yang paham bagaimana caranya menghargai rasa
Dia yang datang disaat waktu dan tempat yang tepat
Dan teruntuk hati yang tepat ..

Terimakasih atas segala rasa yang mulai kau pupukkan
Aku mulai merajut benangnya helai demi helai
Agar tetap menyambung sangat kuat,
Dalam porsi kasih sayang yang sama hingga nanti 
Menyayangi mu tanpa batas..
-D-



Pak Tua

Bahu yang legam terbakar matahari..
Beradu diantara nafas yang kadang tersengal..
Dipikulnya beban yang kian sarat..
Perjuangan dari keriput tulang pipinya..

Pak Tua..
Meski dengan langkah yang gemetar.
Semangatmu kokoh setia dengan tanggung jawab..
Sederhananya hidup terbungkus rapih dibawah jerami.

Hitam dan merahnya jalan ini..
Telah tertapaki dengan tumit yang telanjang
Setiap jengkal langkah didepanmu
Takkan mampu membuatmu kehilangan arah..

Dalam lelahmu masih kau tersenyum..
Tuhan tidak semena-mena menganugerahkan hidup

Selasa, 18 Maret 2014

Rindu Tanpa Jeda




Tuhan..
Engkau telah anugerahkan segalanya tentang rasa..
Apa itu bahagia, Seperti apa rasanya terlena..
Hingga perlu terjatuh untuk mengenal sakit, sedih, dan kehilangan..
Hidup bagaikan roda, adakalanya sesekali rodamu harus terantuk bebatuan..

Terbayang sosok yang selalu mencintaiku dalam diam..
Tajam matanya yang selalu menenangkan hati..
Hangat sentuhnya yang penuh cinta..
Seiring langkah dalam cerita kisah yang terindah..

Kehilangan satu-satunya penopang hidup..
Ajarkan aku bagaimana caranya merangkak..
Duka yang selalu kubawa sembunyi..
Dalam sempitmu kau ajarkan ku tegar..

Mata ini masih menyimpan selangsang peristiwa..
Benturan dan hempasan terpahat dikeningku..
Dalam hening doa ku pada Tuhan..
Ku titip rindu yang tak pernah berujung..
Hati yang haus akan kasih dan sayangnya..
Seperti angin yang tak mampu menangkap sosoknya..
Tetapi jelas terasa keberadaannya...

Minggu, 02 Maret 2014

Note for Heaven


Kalau saja ada sinyal handphone di surga sana, mungkin saat ini juga beliau pasti akan menanyakan kabarku bukan ?
Sedetikpun rasanya beliau tidak pernah lengah untukku, meskipun jarak ratusan kilometer tapi tak menyurutkan langkahmu untuk tetap ingin tahu, sedang apa putrinya ini. setidaknya itu saat saat terindah dulu yang masih sempat dirasakan.
Masih dengan porsi semangat yang sama, tapi seakan langkah ini terlalu terhuyung-huyung tanpa tujuan dan arah yang jelas. Karena kau tau? Pegangannya ternyata sudah lepas bahkan tidak ada lagi..
Semuanya yang berhasil dicapai saat ini, cta-cita, harapan, angan-angan, mimpi-mimpi, dan tujuan hidup semata mata hanya untuk engkau tau..
Tapi sekarang ? dengan keadaan yang seperti ini, apakah engkau masih akan tetap ingin tahu ? bahkan menyemangati putrimu ini ? Walupun aku tahu, jauh di dunia sana engkau masih tetap ada, bahkan tetap mendukung dan menyemangatiku lebih dekat dengan Tuhan.
Tapi yah, sesungguhnya masih butuh sosok nyata yang secara tegas memompa semangat ini..
Butuh sosok yang nyata untuk mengeluarkan keresahan disetiap jalan yang dilalui..
Dan masih butuh pegangan sekuat pundakmu :"

Persepsi hitam dan abu-abu

"Cinta itu dipilih, bukan memilih"

Banyak orang bilang, apapun yang dilakukan jika dasarnya ada kata'cinta' semuanya itu bukan lagi salah. Bukan berati tidak boleh disalahkan ataupun selalu dianggap benar, tapi karena memang tidak mutlak untuk disalahkan, dan semuanya terlanjur maklum.
Segala yang berkaitan dengan rasa, perasaan, dan hati, memang sulit untuk di telisik keadilannya. Tidak ada hakim yang lebih adil selain yang membuat rasa itu sendiri. Pengadilan mana yang memvonis kesalahan berdasarkan fakta cinta di TKP?
Kita mungkin seringkali menghakimi sesuatu yang salah dan menyepelekan kesalahan atas dasar 'cinta' sebelum benar benar merasakannya sendiri.
Disini saya hanya mencoba berlaku adil dengan memandang dari dua sisi yang berbeda, persepsi penonton dan persepsi pelaku.
Paham bagaimana rasanya duduk di kursi penonton dan bebas mengahakimi segalanya serta sadar bagaimana rasanya jika berada di TKP dan sulit mengelak dari fakta yang terjadi, meskipun tau resikonya diluar sana banyak penonton yang menyoraki.
Ketahuilah kamu penonton, jadilah penonton yang cerdas, penonton yang menonton dengan segala kaca introspeksi meskipun bukan dirinya sebagai pelaku.