Rabu, 04 September 2013

Sang Penenun Luka

dear ayah..
mungkin saat ini aku jarang memanggilmu dengan suara, lebih sering mendengarmu dalam lantunan lagu-lagu rindu, mengucap halus namamu tanpa suara pada Sang Pemilik jiwa yang telah pergi.
ada banyak hal yang belum sempat aku katakan, segala pedih dan perasaan bahagiaku yang selama ini aku simpan..
kalau saja aku bisa, aku ingin saja berbagi sedikit rasa sakit ditinggalkan hati yang telah pergi, putrimu ini telah tumbuh dewaa, bahkan lebih dari yang engkau tau, lebih kuat dari putri bungsumu dulu yang selalu kau beladan kau manjakan dengan sepenuh hati..

rasa semangat dan kuat ini karena aku percaya selamanya engkau tidak akan pernah meninggalkanku, bukan ?
aku bahkan tidak takut seberapa sering aku ditinggalkan oleh hati-hati yang kurang bertanggung jawab, asalkan engkau tetap ada disini dibelakangku,
seberapa sering air mata ini jatuh tidak ada yang jauh lebih berharga dari air mata kehilanganmu.. seberapa sering aku kesepian, tidak ada yang paling sepi saat kehilanganmu untuk selamanya..

bantu aku yah, perlahan-lahan menenun luka yang teramat lebar ini. sakitnya, perihnya sangat bertubi tubi, melebarkan luka yang sebelumnya telah lebar. 
tapi jangan khawatir yah, aku masih dapat mengcover semuanya agar terlihat mulus dari depan. karena mereka, mereka yang hanya bisa melihat luka dari depan tentu akan semakin 'jijik' melihatku..
aku tidak ingin terlihat semenyedihkan itu, meskipun tanpamu lagi..
aku ingin sama dengan mereka yang memang mulus tanpa cacat sedikitpun..
 rasanya tidak ada yang lebih menyakitkan dari ini yah :'(

i miss you so badly dad :') do you miss me ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar