"Dipermukaan mataku kau menuliskan luka, lalu memaksa bibirku yang sedang kau lumat dengan ucapan perpisahan membacanya kata demi kata. Kita begitu fasih menghancurkan pilihan dan tak pernah tahu bagaimana cara mengembalikan.
Sementara air mata sibuk mencari jalan pulang, takdir melingkar tenang dijarimu serupa kegagalan yang memaksa untuk diingat. Aku tak mampu menulis ditanganmu, sebab sebuah genggaman tak cukup menahan puluhan rencana kepergian. Kita begitu hafal cara saling menemukan tapi tak pernah paham bagaimana cara bertahan.
Didadamu ada tulisan yang tak pernah selesai. Tentang rindu yang lumpuh di tengah jalan dan cinta yang mekar ditempat lain.
Jauh dari yang tak akan kembali, jauh dari yang tak pernah terjadi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar